Pengelolaan sistem irigasi konvensional yang masih dilakukan sampai saat ini bersifat probabilistik, terutama dalam menganalisis debit untuk perencanaan OP irigasi. Hal ini terlihat dari pelaksanaan analisis data yang digunakan yaitu analisis data empiris dua mingguan atau dasarian, sehingga untuk mengubah pola pengelolaan ke modern memerlukan pengembangan secara lentur dan berbasis waktu nyata, akibat perubahan iklim di Indonesia. Analisis prediksi debit air dilakukan dengan memakai analisis model matematika sebagai pengganti model probalisitik dan penggunaaan data pengamatan waktu nyata dengan memakai alat pengamatan cuaca otomatis. Konsep baru ini dicoba di Daerah Irigasi (DI) Wadaslintang dan Kabupaten Banyumas, yang menunjukkan bahwa pengamatan cuaca otomatis berjalan dengan baik, dan dapat digunakan sebagai data dalam analisis model matematik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa alat telemetri menghasilkan data yang baik. Perbandingan antara penggunaan Metode Matematika Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan Metode Probabilistik P80, menunjukkan bahwa metode dengan JST lebih mendekati nyata dibandingkan dengan Probabilistik P80. Hal ini ditunjukkan dengan hasil validasi yang dilakukan dari bulan Januari sampai Agustus 2015, Secara keseluruhan kesalahan debit prediksi JST terhadap realisasi adalah 77%. Hasil ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu metode perhitungan matematis yang dinamis, karena keadaan iklim yang dinamis walaupun tidak meninggalkan metode probabilistik sebagai pembanding.