ANALISIS OUTLOOK PANGAN 2015-2019

Peningkatan kebutuhan konsumsi pangan pasti akan terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 237,5 juta jiwa, dimana 53,45% berada di Pulau Jawa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49%, (BPS, 2011). Diperkirakan pada tahun 2019, penduduk Indonesia berjumlah 250 juta. Di satu sisi alih fungsi lahan pertanian di Indonesia cenderung meningkat dari penggunaan pertanian ke non pertanian. Padahal sektor pertanian memiliki peran strategis sebagai lokomotif pembangunan nasional karena berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bagi lebih dari 245 juta penduduk di negeri ini dan secara empiris telah terbukti mampu meredam dari krisis pangan. Kebijakan pembangunan pertanian nasional yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, diarahkan untuk mencapai empat target sukses, yaitu: (1) Pencapaian Swasembada untuk komoditas kedelai, daging, gula dan Swasembada Berkelanjutan untuk komoditas beras dan jagung; (2) peningkatan Diversifikasi Pangan; (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor, (4) peningkatan kesejahteraan petani. Dari sisi produksi, telah disadari bahwa untuk mencapai program tersebut, tidaklah mudah dengan masih adanya beberapa permasalahan mendasar untuk pembangunan pertanian dan peningkatan ketahanan pangan. Menurut Sumaryanto (2009) mengemukakan kendala yang dihadapi dalam peningkatan ketersediaan produksi pangan per kapita terutama adalah: (1) pertumbuhan luas panen sangat terbatas karena (i) laju perluasan lahan pertanian baru sangat rendah dan (ii) konversi lahan pertanian ke non pertanian sulit dikendalikan, (iii) degradasi sumberdaya air dan kinerja irigasi serta turunnya tingkat kesuburan fisik dan kimia laha pertanian; dan (2) adanya gejala kemandegan dalam pertumbuhan produktivitas. Menyikapi berbagai kendala tersebut, maka pemanfaatkan sumberdaya pertanian dan pangan harus dilakukan secara efisien dan optimal agar pangan yang dibutuhkan dapat dipenuhi. Jika tidak, maka ketergantungan impor masih akan tinggi. Karena itu perlu dirumuskan kebijakan pangan yang mendukung ketahanan pangan dan bersifat proaktif. Perumusan kebijakan tersebut perlu didukung oleh data prospek pasar pangan serta analisis kebijakan yang terkait. Mengacu pada upaya kebijakan pemerintah jangka menengah dan panjang hingga tahun 2019 yaitu menjaga stabilisasi harga, menjaga defisit neraca perdagangan tidak semakin memburuk serta good governance perlu penelahaan pasar pangan secara komprehensif serta kebijakan terkait sehingga tercipta daya siang produk dan accessibility pangan. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki kondisi pasar pangan di dalam negeri periode tahun 2015-2019 outlook pangan yang dapat memberikan gambaran dinamika kondisi pangan di dalam negeri dan luar negeri secara komprehensif sangat penting. Implikasi dari outlook tersebut adalah mendapatkan gambaran langkah-langkah kebijakan yang harus menjadi prioritas dalam memperbaiki kondisi pasar pangan di dalam negeri. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan (1) menggambarkan kondisi pasar pangan di dalam negeri dan luar negeri khususnya periode 2008-2013, (2) menyusun outlook pangan tahun 2015 -2019 baik untuk pasar luar negeri maupun dalam negeri. Serta (3) memberikan rekomendasi kebijakan guna memperbaiki pasar pangan di Indonesia.

Sumber

Tahun Terbit