Kekurangan air merupakan faktor utama penurunan produksi dan gagalnya panen di lahan kering. Irigasi dengan air tanah atau air permukaan di musim kemarau di lahan kering Lampung dapat meningkatkan produksi palawija dan hortikultura, indeks pertanaman dari 200 menjadi 300 % serta pendapatan petani, namun masih terjadi pemborosan air irigasi sebanyak 10,5 mm/hr. Diperlukan tindakan nyata guna mengurangi kebutuhan air irigasi dengan menekan kehilangan air dan meningkatkan efisiensi. Management Allowable Depletion (MAD), adalah derajat kekeringan tanah yang masih diperbolehkan untuk menghasilkan produksi tanaman yang optimal MAD diperlukan untuk menentukan waktu, jumlah dan frekuensi pemberian irigasi serta diperlukan teknik pendistribusian air (teknik irigasi suplemen) yang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan mulsa sisa tanaman yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas tanah menahan air dan mengurangi kehilangan air melalui evaporasi, mampu memperpanjang batas kritis penurunan tersedia dan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Penelitian bertujuan untuk: 1) Menentukan batas penurunan kapasitas air tersedia yang masih menghasilkan produksi optimum (MAD-level) untuk penetapan pemberian air irigasi suplemen (waktu, volume dan frekuensi) agar tercapai efisiensi penggunaan air (water use efficiency) yang optimal pada Typic Kanhapludutt Lampung, 2) Mengkaji berbagai teknik irigasi yang menghasilkan efisiensi penggunaan air pada berbagai teknik irigasi, 4) Mengkaji kelayakan finansial berbagai teknik irigasi dan menentukan skala usaha tani yang memenuhi standar hidup layak (KHL) serta persepsi petani terhadap teknik irigasi. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pemberian irigasi pada level MAD 60% air tersedia (saat kehilangan air maksimal 40 % dari air tersedia) setinggi 9,6 m setiap 3 hari merupakan jadwal irigasi (waktu, volume, interval) yang optimal. Irigasi suplemen pada level MAD 60 % air tersedia memberikan fluktuasi tegangan air paling rendah (kadar air tanah relatif konstan), perubahan cadangan yang paling tinggi, sehingga memberikan kondisi kelembaban tanah yang paling kondusif bagi pertumbuhan tanaman dan hasil panen cabai yang paling optimal. Irigasi suplemen pada level MAD 60 % air tersedia memberikan efisiensi penggunaan air tertinggi sehingga dapat menghemat penggunaan air sebanyak 264 mm per musim tanam. Teknik irigasi bawah permukaan memberikan efisiensi penggunaan air paling tinggi (0,78 kg/m3 ) diikuti oleh teknik irigasi gelontor (0,73 kg/m3), curah (0,62 kg/m) dan tetes (0,60 kg/m3). Dengan demikian teknik irigasi tetes bawah permukaan dan gelontor merupakan teknik irigasi yang hemat air karena memberikan efisiensi penggunaan air yang lebih tinggi dibandingkan teknik irigasi lainnya. Pemberian mulsa jerami meningkatkan hasil tanaman dan efisiensi penggunaan air pada penggunaan teknik irigasi terutama teknik irigasi gelontor, tetes dan curah sebaiknya dilakukan secara simultan dengan mulsa sisa tanaman.